Halo readers, apa kabar hari ini? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya. Kali ini, Ai ingin berbagi cerita mengenai fase hamil yang sedang Ai rasakan. Bulan ini sudah memasuki umur 21 minggu dan si adik kecil dalam perut sudah mulai menendang-nendang keras minta perhatian ibunya yang lebih sering nonton Netflix dibanding berbicara dengannya, hihi.
Cerita mengalami perjalanan kehamilan Ai selama Trimester 1, 2, dan 3 nanti, akan Ai tulis sendiri pada postingan yang lain. Saat ini, Ai ingin berbagi mengenai keluh kesah mental selama menjalani usia muda kehamilan.
Banyak yang mengatakan kepada Ai bahwa mereka merasa prihatin dan kasihan karena Ai menjalani kehamilan di rantau dengan kondisi jauh dari keluarga, jauh dari mertua, dan tanpa tetangga yang dikenal dan tidak ada teman di kota ini. Tapi, buat Ai, ini adalah berkah dari Tuhan loh, readers.
Pasalnya, Ai orangnya overthinking dan mudah memasukkan omongan orang ke dalam hati. Sedang tidak hamil saja, Ai bisa menjadi sangat sensitif, apalagi ketika hamil ini. Si mamas salah ucap sedikit aja, Ai bisa langsung menangis minta dibelikan Baagen Das lho. Oh! Baagen Daz itu adalah plesetan dari es krim Haagen Dazs di serial Crayon Shinchan hehe.
Sedangkan, Ai sendiri mendengar banyak cerita dari teman-teman yang sudah menjalani kehamilan, terkadang Ai menagis sendiri membacanya saking tidak teganya dengan keadaan teman. Bagaimana tidak, beberapa teman Ai mengalami tekanan batin selama kehamilan awal karena ucapan baik dari orang tua, mertua, tetangga, bahkan teman-temannya sendiri.
Oleh karenanya, Ai sangat bersyukur tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman saat masa kehamilan ini. Sehingga Ai bisa melewati fase sulit trimester pertama dengan selamat dari mental tertekan omongan orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendapat orang tua, mertua, tetangga, hingga teman itu sangat berpengaruh terhadap mental kita, terutama bagi wanita yang sedang mengalami kehamilan pertama. Di samping dia mendapatkan banyak bantuan, namun tidak mengurangi juga banyak nyinyiran akibat ini dan itu.
Contohnya saja, ada teman Ai yang dinyinyiri oleh ibunya sendiri karena selama trimester satu tidak bisa melakukan apa-apa sehingga harus bed rest total. Dia dibilang pemalas, nanti anaknya jadi malas, begitu. Ada juga yang mendapat ucapan seperti itu dari mertuanya. Ada juga teman yang mendapat perbandingan dengan temannya yang hamilnya masih segar bugar sedangkan dia lemas tak berdaya. Padahal, gejala kehamilan perempuan satu dengan yang lainnya itu akan menjadi sangat berbeda dan tidak bisa dibandingkan apple to apple.
Apa itu women supporting women? Tidak ada. Oleh karenanya, saya memang lebih nyaman untuk bercerita kepada teman laki-laki dibandingkan dengan teman perempuan. Kebanyakan memang perkataan tidak enak terdengar dari kaum perempuan. Ibu kandung, ibu mertua, tante, teman wanita, emak-emak tetangga depan rumah dan sebagainya. Oleh karenanya, mari kita memutuskan rantai julid dimulai dari kita sendiri. Sehingga slogan women supporting women menjadi sebuah slogan yang nyata, bukan sebuah kebohongan semata.
Oleh karena itu, bersyukurlah teman-teman yang sedang hamil dan di rantau. memang harus menjadi mandiri, tetapi tidak selamanya sesusah itu. Justru, kita harus bersyukur bahwa kita akan terhindar dari ucapan yang tidak penting dari orang sekitar.
Semangat untuk para ibu yang sedang hamil. Semoga sehat selalu dan diberikan kelancaran dalam persalinan dan kesehatan yang tak terputus. Amin.
Love you.
EmoticonEmoticon