If you were in my shoes. Setelah saya nulis If you were in my shoes 1 dan If you were in my shoes II. Kali ini, saya akan mengulas lagi mengenai pandangan pandangan yang berbeda.
Readers, pernah nggak sih kita sedikit menelisik perkataan kita sendiri? Kita itu, sejatinya begitu mudah untuk menilai perkataan orang lain. Kita terlalu mudah untuk menilai orang lain dari hal2 yang jelek. Benar lho itu. Saya akui, saya juga terkadang melakukan itu. Tidak munafik.
Namun rupanya, kita salah. Beberapa waktu ini saya sedikit merenung. Beruntung di rumah, saya punya kaca besar sehingga saya bisa mengaca dan berbincang pada diri saya sendiri.
Dulu, jauh sebelum hidup saya sedikit lebih tertata, saya selalu tertekan dengan setiap omongan orang lain. Yang begini lah yang begitu lah. Memang, orang lain kalau ngomong itu nggak akan ada habisnya. Dan tidak ada satu hal dari kita yang terlihat baik di mata orang lain. Bukan akrena mereka iri. Percayalah, banyak diantara mereka yang lebih dari kita. Hanya saja, kebiasaan orang, dan juga kebiasaan kita untuk selalu menilai orang lain dari kekurangannya adalah sesuatu yang ibaratkan sudah mendarah daging. Readers, seriously, apa yang dilakukan itu jahat (meminjam istilah Cinta).
Pernahkah kita berfikir tentang perasaan orang lain saat kita melemparkan candaan yang menjurus ke fisik?
Pernahkah kita berfikir tentang apa yang dirasakan orang lain saat kita berkomentar pedas mengenai apa yang terjadi padanya?
Atau, pernahkah kita berfikir tentang apa yang sedang terjadi dengan orang lain, saat kita mencemoohnya?
Pasti diantara kita, tidak ada yang berfikir sampai itu, kan?
Ayolah, readers, kalian itu tidak sempurna. Siapa yang bilang bahwa kalian adalah makhluk sempurna? Mulan Jamilah? Tidak. Lantas mengapa kalian gemar sekali membahas kejelekan orang lain?
Marilah kita coba untuk berfikir positif, termasuk memandang orang lain dari segi positifnya. Akuilah dan terimalah bahwa setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan masing2. Setiap manusia mempunyai sisi aneh yang mungkin bagi manusia lain dianggap tidak wajar. Tapi, bukankah kamu juga aneh? Kamu tak pernah sadar, karena saya hanya diam dan menerima keanehanmu sebagai sebuah hal yang wajar dalam sifat manusia.
Saya sempat dibuat geram dengan tingkah beberapa orang yang seolah2 sempurna. ya baiklah, mungkin mereka cantik, meski saya akui bahwa saya masih lebih cantik. Tapi, bukan berarti lantas kemudian sangat gemar sekali mengolok2 orang lain dengan pongahnya. Hingga setiap detil kekurangan orang dibahas sebagai sebuah lelucon yang menyenangkan. Oh my goodness, kalau boleh saya kelepasan, ada banyak sekali keanehan yang ada dalam diri mereka, yang kalau saya mau, saya pengen mengupas tuntas satu per satu. Tapi, saya cuma malas melakukan itu. Lebih baik saya kupas tuntang cowok2 ganteng yang sedang berkeliaran di sekitar saya saat ini.
Saya adalah tipikal orang yang tidak suka membahas kekurangan orang lain. Karena saya paham betul apa yang dirasakan orang jika saya membicarakan kekurangannya. Saya lebih suka membicarakan tentang kelebihan orang lain. Kecuali dengan orang yang pernah benar2 bersinggungan dengan saya, pernah berbuat jahat dan pernah ketahuan membicarakan saya secara tidak baik, nah itu lain cerita. Saya memang pendendam, tapi secara elegan. Kembali lagi, sejak kecil, saya sadar bahwa hidup ini keras. Hidup saya susah dan serba kekurangan. Dihina adalah makanan saya semenjak lahir. Saya masih ingat sekali ketika saya masih TK, ibu saya menangis karena saya dibenci oleh kepala sekolah TK saya. Sampai saya sudah menginjak 20 tahun pun, ibu saya masih menangisi saya ketika saya dihina oleh ibunya pacar saya waktu itu. Apalagi jaman kuliah S1, atau jaman SMA, ah, hinaan itu menjadi sebuah hal yang biasa bagi saya. Oh, bahkan saat umur saya menginjak 24 tahun, ibu dan ayah saya menangis karena teman2 saya menertawakan saya di sosial media sebagai bahan olokan dan lelucon. Rasanya, luar biasa sakit, readers.
Kalian, yang suka membicarakan kekurangan orang lain, berhentilah. Kalian tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi di dalam hidup orang itu kan? Gejolak apa yang sedang dialaminya. Bagaimana dia menjalani hidup, menghadapi masalah, dan menyelesaikan apapun yang sedang dihadapinya? Kalian tidak pernah tahu itu. Yang kalian tahu hanyalah luarnya saja. Yang kalian tahu hanyalah topeng yang sedang dipakainya. Barangkali dia memakai topeng badut, untuk menutupi wajah aslinya yang penuh dengan uraian air mata. Barangkali, dia memakai topeng orang ngeselin, untuk menyembunyikan perasaan sedihnya. Barangkali dia memakai topeng bahagia, meski hatinya hancur. Topeng apapun yang orang pakai, kita tidak ada hak untuk membenarkan atau menyalahkan. Karena kita tidak sedang berada pada posisi yang sama dengan orang lain. Kita tidak bisa tahu apa yang sesungguhnya dirasakan orang tersebut.
Ayolah, lebih baik bagi kita untuk fokus kepada hal2 yang menyenangkan. Tentang prestasinya, tentang kelebihannya, tentang kebahagiaannya. Hentikan menghina kekurangannya. Atau, minimal, kalian berkacalah. Apakah dirimu sudah benar2 sempurna? Apakah kalian tidak punya sesuatu hal yang aneh? Saya yakin pasti banyak keanehan. Misalkan, suka banget ngomentarin hidup orang, gitu. Itu kan aneh. Orang lain aja nggak sampai sempat mengomentarin hidup kamu loh. Yuk, kita berhenti dari kebiasaan ngomongin jelek tentang orang lain. Kita gak pernah tahu bagaimana sakitnya orang lain, saat mendengar itu, kan? Bayangkan jika anak2 kalian nanti mengalaminya. Sakit kan? Sengaja saya nggak balikkan itu ke kalian, karena kalian pasti sudah saking muka temboknya.
Untuk itulah, hargailah hidup orang lain. Hargailah apa yang orang lain punya. Sepunyanya itu, maka itulah rejekinya dari Tuhan. Kita tidak berhak untuk menghakimi. Karena bisa jadi yang kita punya saat ini, yang kita pikir lebih dari orang lain, namun sebentar lagi Tuhan akan mengambilnya. Maka, yuk kita gunakan hidup kita untuk hal2 yang lebih baik. Dimulai dari belajar memandang oprang lain dari segi positifnya. Dan belajar untuk menghargai hidup orang lain, juga belajar untuk mengaca, apa yang menjadi kekurangan kita.
Satu lagu dari Lil Wayne, Mirror, lagu ini biasa saya putar saat dulu, saya tidak ada teman untuk berbagi. Saat saya sering menangis sendiri di kamar akibat hinaan2 yang ditujukan kepada saya. Terkadang, kaca adalah teman setia kita. Dengan kaca pula, kita bisa memandang betapa jeleknya kita di mata Tuhan. Dan hanya Tuhanlah yang mampu membuat kita menjadi cantik.
Friday, March 11, 2016
If You Were In My Shoes III
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon