Dari penasaran dengan Rembulan Love nya si Dijah Yellow, semalam saya searching review-nya. Kemudian di salah satu blog, yang embuh banget saya koq ya lupa baca dimana, yang jelas dari situ saya dapat satu nama, Dwitasari. Kata bloggernya yang masih saya ga terlalu inget, tapi intinya seperti ini "...paling tidak Dijah Yellow jujur dengan karyanya yang sampah, daripada karya bagus puitis tapi hasil plagiat, siapa lagi kalau bukan dwitasyaar'i".
Karena menyingung plagiat2, saya jadi penasaran, kemudian saya ketik itu dwitasyaar'i, ternyata ga ada. Saya tambah dengan kata plagiat, muncullah nama Dwitasari. Ternyata dia adalah penulis novel yang difilm-kan, Cinta Tapi Beda. Terus saya kepo nih, beritanya, caption2 twit nya, twitter nya juga. Sampai menghabiskan waktu habis subuh saya yang biasa saya gunakan untuk tidur, untuk kepo soal dia. Well, dia itu penulis yang berangkat dari selebtwit, anak sastra UI, novelnya banyak. Itu aja sih.
Yang jadi menarik buat saya adalah, soal complain dari beberapa (atau banyak) orang tentang copas-an twit2nya yang tanpa mencantum nama si pengarang aslinya. Kemudian ada yg jadi masalah saat salah satu pengarang puisi yangdijiplak oleh Dwitasari ini malah dituduh sebagai plagiat dari karya yang sebenarnya adalah miliknya. Ngenes ya.
Kebetulan saya suka nulis fiksi sejak SD. Tapi level saya sebatas iseng dan ngerjain tugas bahasa Indonesia. Tidak pernah saya publikasikan. Dan sekarang saya cuma coba2 nulis fiksi, bikin cerita sampah (sekali tulis, tanpa diedit sama sekali) seperti Cinta Kita Terhalang Syahadat, I Fall in The Autumn, Love (yang mau aku ganti jadi Ada Apa Dengan Cinta Yang Lain), dan beberapa yang tentu saja belum selesai, dan juga sedang berusaha nyusun buku dari pengalaman yang kira2 nanti mau saya kasih judul Ngenes Elegan. Disamping itu, saya juga sedang berusaha untuk menerbitkan paper penelitian saya di jurnal internasional (ini adalah alasan utama kenapa saya tidak bisa menyelesaikan bahkan mengedit rencana novel2 saya). Hehe aslinya saya mah apa atuh, kalah sama dijah yellow.
Semester lalu, saya mendapat pelajaran tentang Plagiarism. Untuk yang belum tau apa itu plagiarism, ini ada pengertian plagiarism dari Wikipedia.
Plagiarisme atau plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Di dunia pendidikan, apalagi kalau sudah berurusan dengan Paper, memang plagiarisme menjadi sebuah momok tersendiri. Bagaimana tidak, karena sebuah ide dan pemikiran setiap orang itu sangat berharga. Ambil contoh gini, kamu punya data, sudah dianalisis dan hasilnya adalah pemberian dosis pupuk pada tanaman 1 membuat produksinya lebih unggul dari tanaman 2 diakibatkan karena umur tanaman. Maka, secara gamblang kamu akan menulis di kesimpulan : umur tanaman berpengaruh terhadap pemberian dosis pupuk optimal pada tanaman.
Tapi, apa kamu yakin bahwa hanya kamu saja yang berfikir demikian? No. Tidak.
Di dunia sana banyak yg mungkin berfikir sama, dan mungkin menulis dengan kata2 yang sama pula. Misalkan kita mengirim paper kita ke jurnal, dan kemudian kita mendapat plagiarism alert dari editornya, padahal kita yakin bahwa itu kita yang nulis. Cuma, rupanya ada peneliti lain yang terlebih dahulu menerbitkan, tanpa kita tahu bahwa ternyata ada hal yang serupa.
Kasus seperti ini lazim dirasakan oleh para penulis paper. Dan saya sendiri merasakan benar, betapa susahnya menuangkan ide menjadi sebuah kalimat yang benar2 mencirikan saya. Kadang, satu kalimat harus dibelokkan dulu pengantarnya, jaga2 supaya tidak mendapat plagiarism alert.
Tapi, Dwitasari ini rupanya lain. Mirip sih, atau mungkin, dia tahu pola plagiarism ini. Apalagi dia anak sastra. Sejauh yang saya baca, dia menyontek, copy paste atau apapun istilahnya, twit atau puisi orang lain kemudian diedit sedikit. Sedikit saja editnya. Tapi masalahnya, dia bebel banget dan kekeuh kalo itu karyanya. Sampai kasihan banget pengarang aslinya harus memohon2 untuk menghapus karangannya pada naskah Dwitasari. Unggah ungguh yang buruk.
Sumber: |
Cinta itu seperti marmut lucu warna merah jambu,yang berlari pada sebuah roda, dia pikir dia udah berlari jauh, padahal dia masih di tempat itu.
---- Raditya Dika, Marmut Merah Jambu
The basic principal of using Fallout Radio Nuclear (FRN) as a fingerprint tracer is by comparing the FRN inventory in the eroded area and non-eroded area, so does the Cs137 method (Zapata, 2010)----------- in the draft of review paper by Diana Hapsari
Basically, soil erosion is a natural process when the soil is moved and eroded. In the last decade, human activities and climate change accelerate the soil erosion process by water and they both lead to a serious environmental problem (Angima et al., 2003; Lu et al., 2004; Bonilla et al., 2010; Wakiyama et al., 2010; Xu et al., 2015; Nosrati et al., 2015). ------------ in the draft of review paper by Diana Hapsari
EmoticonEmoticon