Rinduku bagaikan fly ash yang beterbangan
Terserap lurus dalam biofilm hati
Teringat kata2mu serasa bagai pestisida yang membasahi remah2 pikiran ini
Suaramu bagaikan noise di telingaku
Tak mampu membran ini memfilternya lagi
Hingga terus terngiang dan terngiang
Aku serasa berada di ruang inkubasi
Hatiku tererosi sedikit demi sedikit
Mengendapkan rindu jauh ke dasar
Menjadikannya sedimen keras yang tak tergoyahkan bagai kerangka johkasoh
Virus cinta ini sudah menyerangku
Laksana E Coli yang menggerus lambungku
Sel-sel ini satu persatu mati rasa
Perlahan dan terus menerus
Ah...aku ingin keluar saja
Melihat aktifitas burung2 yang menari dan bernyanyi indah
Menikmati matahari dan sang hujan yang bersiklus setiap harinya
Ah...rasanya segar sekali
Seolah berfotosintesis
Kupandang langitku sejenak
Kusapu debu dalam diary yang lama terkunci
Menggoreskan tinta merah hati
Dan kugambar buah jambu sebagai pengganti rindu wajahmu
Dibuat dengan kontribusi banyak sekali penelitian teman2 tersayang.
Ira, bu Vonny, Farrah, bu Vita, Putri, mbak Ewi, Sofa, Weny, Uzami
Thursday, August 14, 2014
Sebuah Puisi Rindu yang #NgenesElegan
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon