Toilet.
Tempat itu adalah yang menjadikan saya bahan pertimbangan kalau pergi ke tempat manapun. Orang udik macam saya, gak bisa yang namanya ke toilet tanpa dibasuh pakai air. Pertama kali saya pergi ke luar negeri, dan harus mendarat di Thailand selama 3 jam, pastilah harus ke toilet. Untungnya, di toilet bandara thailand ada selang untuk menyemprotkan air. Tapi, saat itu, timbullah kekhawatiran saya. Saya sempat membaca banyak sekali cerita2 pengalaman tinggal di luar negeri, terutama soal pertiletan yang katanya "cukup dilap dengan tissue". Aarrrgghhhh...kebayang banget kan betapa jijiknya saya membayangkan kalau habis buang air besar cuma dilap tiisue, kalau mau shalat gimana??
Tiba di jepang, mata saya terbelalak melihat canggihnya toilet di Jepang. Whoaaaa.......udik saya keluar. Alkhamdulillah...terima kasih Ya Allah telah memberikan ide pada orang Jepang untuk menciptakan teknologi semprot2 pada toilet. Jadi gak perlu susah lagi membawa botol minuman atau membasahi tissue untuk membasuh bagian tubuh kita. Cukup tekan2 dan air akan menyemprot sendiri. Wihiiii.
Dan saya yang udik ini kesenengan sekali, hingga mencoba mencet2 tmbol yang ada di toilet. Tapi, pas mau flushing, kebingungan. Saking canggihnya, saya bingung koq gak ada tunel yang biasa digunakan untuk menyiram toilet. Setelah memutar otak dan sedikit mengeluarkan kecerdasan saya yang langka ini (karena pakai tulisan jepang), akhirnya saya sadar bahwa cara untuk nge-flush adalah menempeklan tangan pada sebuah sensor selama beberapa detik dan secara otomatis akan nge-flush sendiri. Wooow....ndeso sekali saya waktu itu.
Dalam perkembangannya, ada 3 tipe toilet di Jepang ini. Yang pertama adalah tipe toilet lama. Seperti toilet di Indonesia, yaitu toilet jongkok, tapi lebih ramping. Buat saya tidak nyaman, soalnya biasanya bau pesing dan air seni bisa keluar2 bahkan mengenai sepatu kita. Kan najis kalau dibuat shalat, apalagi pas bepergian, shalat dilakukan di mana saja, otomatis pakai sepatu, minimal kaos kakinya. Kalau kena air seni, kan najis. Toilet seperti ini biasanya ada di sekitar kota, public toilet, toilet di stasiun2 yang terpencil. Tapi, ada satu kota yang masih mempertahankna tradisi toilet seperti ini bahkan di stasiunnya yang besar. Yaitu kota Kyoto. Memang Kyoto dikenal sebagai kota dengan tatanan budaya lama di Jepang. Bahkan di mini market pun toiletnya ada yang masih model lama loh.
|
Toilet tipe pertama, toilet lama |
Tipe kedua adalah toilet duduk tanpa semprot2. Ini adalah tipe toilet kebanyakan yang tersebar hampir di semua temat. Cukup dibilas dengan tissue, tapi dengan tempat yang agak nyaman dan tidak bau. Tetep aja sih buatku agak repot juga haru membasahi tissue sebelum masuk kesini.
|
Tipe toilet kedua, yang tanpa tombol2 |
Dan tipe ketiga adalah toilet yang ciamik. Ada tmbol semprot airnya, dan bahkan ada tombl untuk mengeluarkan suara flushing, jadi kita gak malu kalau di sebelah ada orang lain juga. Ada tombol flushing yang bermacam2 juga.
|
Toilet tipe ketiga yang ciamik ada tombol semprot2nya |
Masuk ke toilet umum, kita harus pastikan dulu apakaha ada tissue atau tidak. Di beberapa tempat, seperti di beberapa toilet di stasiun Nagoya, tidak disediakan tissue toilet, jadi kita harus membawa tissue sendiri. Terlebih lagi, kalau toiletnya itu tipe pertama dan kedua. Bayangin donk, kita udah masuk ke toilet, udah buang air, eh gak ada tissue...aaaa pasti awkward banget. Dan hal itu pernah saya lakukan. Akhirnya saya korbanin sapu tangan saya untuk membersihkan T_T
Fasilitas toilet di jepang itu juga bervariasi. Ada toilet khusus untuk orang2 berkebutuhan khusus. Ada juga yang untuk ibu dengan bayinya. Di toilet wanita pun disediakan urinate kecil untuk anak laki2 yang masih dibawah umur 6 tahun.
|
Fasilitas toilet yang untuk ibu dan bayinya |
|
Toilet untuk orang berkebutuhan khusus |
Nah kalo urinate yang buat cowok, saya gak ada pengalaman. Malu lah kalo masuk2 ke tempat cowok, nanti dikira apa lagi hihihi
Ah...saya itu orang udik banget hehe, jadi masalah toilet aja menjadi perhatian yang membuat saya ecited. Tapi, yah beginilah kalau orang udik pergi keluar dari zona nyamannya. Saya yakin, masih banyak pengalaman yang akan saya temui. Akan ada hal2 baru yang akan banyak membuat saya membelalakkan mata lagi. Hal2 kecil yang kadang dianggap remeh oleh orang2, mungkin dimata saya masih menjadi sesuatu yang sangat elegan.
4 comments
Sapu tangan mu masih mbok pake?
aku juga diii...nek gak pake gayung rasane piyeeee yaaa.. duh saking udike..
yo enggak lah doel, lha kan wis tak tulis tak buang weeeee
yang udik ternyata bukan kita aja rin, orang vietnam sama thailand juga pake air kalo mau cawik hihihihi
EmoticonEmoticon