Wahai cinta, mengapa kau datang disaat aku telah berdua dengan kekasihku? Tidak, tidak. Tidak seperti itu kronologisnya. Aku mencintaimu dari awal aku mengenalmu dekat. Saat aku masih berdua dengan kekasihku, kemudian aku sendiri, dan saat kekasih baruku datang.
Cinta, tahukah kamu ketika kamu selalu berkata mengapa aku tak bisa bersikap ramah padamu seperti pada orang lain? Aku hanya ingin menjaga jarak saja, agar kamu tak mengetahui ada gejolak hebat dalam dada ini.
Cinta, tahukah kamu ketika para pembenci dirimu menjatuhkan namamu, aku selalu percaya bahwa kamu tidak seperti kata mereka. Aku hanya terlalu pengecut untuk sanggup membelamu. Namun aku tau kamu kuat.
Cinta, tahukah kamu, betapa inginnya aku membantumu saat susah, berada disampingmu saat lelah, dan menghapus air matamu saat gundah? Aku hanya tak bisa meraihmu dalam genggamanku. Bukan karena inginku, keadaan kita yang berbeda.
Cinta, cinta...kamu begitu indah di mataku. Membuatku tak ingin lepas memandangmu ketika bersamamu, meski mereka membayangi kita, aku selalu ingin mencuri waktu untuk bicara dan menatap lekat mata indahmu.
Ah cinta, mengapa kau begitu mengganggu hari2ku????
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kuhentikan menulis dan kututup notebook seketika saat sahabatku masuk ke ruangan.
" Ada yang aneh nih, haha" seperti biasa dia bercanda saat aku menutup notebook tanpa mematikannya terlebih dahulu
"apaan sih? Ga ada apa2 koq" sanggahku kemudian beralih ke komputer besar di depanku. "Dari mana lo?"
"habis ketemu sama dia....dia lho Rey...dia" candanya yang menandakan dia bertemu denganmu, cinta.
"apa sih, terus apa urusannya sama gw?"
"sok cool lo ah haha, gw tau apa yang lo rasakan haha."
aku hanya tersenyum membuka kembali notebook, ku save dan close tulisanku tentangmu, dan kubuka folder foto2mu yang tersimpan rapi dalam notebookku, kupandang satu per satu ekspresinya.
"cantik ya, kalo aja dia mau sama gw udah gw jadiin istri" goda dia
"sialan lo, tunangan mau dikemanain?? Bentar lagi nikah woy"
"nah lo sendiri?? Rahma mau dikemanain??"
Sial, skak mat. Aku tak tahu bagaimana harus menyelesaikan bagian yang satu itu. Dan kediamanku menjadi bahan tertawaan yang empuk untuk sahabatku itu.
Aku matikan notebookku dan kembali bekerja pada laboratorium di ruangan sebelah. Ku tinggalkan sahabatku yang masih tertawa keras mengejekku.
Sudahlah, tak peduli aku akan hal itu. Rahma, ah...dia wanita yang baik meski pencemburu berat. Aku sesungguhnya tidah pernah mencintainya. Tapi dia adalah wanita yang berjuang keras untuk mendapatkanku, aku sangat menghargai perjuangannya, teman-teman pun mendesak agar aku bersamanya. Karena itulah aku menerimanya menjadi kekasihku, aku pikir mungkin cinta datang setelah kita bersama. Namun, bayang2 tentangmu, tak pernah bisa tergantikan. Kamu sudah memiliki hatiku sepenuhnya, Cinta.
Cinta.....cinta......kamu sempurna untukku. Dan masih, aku mempertanyakanmu, sekedar untuk tahu perasaanku. Melalui mata kita yang seringkali mencuri pandang dan bertemu titik tak terduga. Dan aku masih mengutuk diriku yang tak pernah bisa menentukan jalan cintaku sendiri.
Thursday, April 18, 2013
Cinta Kita Terhalang Syahadat : Chapter 4 - Cinta
Artikel Terkait
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon