Aku berlari dalam hujan, memburu waktu hanya untuk sebuah pekerjaan yang
begitu aku benci. Ya, aku benci harus melakukannya, tapi....aku bisa apa?
Entahlah.
------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------
Entah apa yang
merasukiku hingga aku menerima tawaran pekerjaan ini. Menjadi seorang pengajar di daerah lain hanya karena keinginanku pergi dari rumah. Ah, serasa
menyesal mengambil keputusan ini. Setiap hari membayangkan betapa enaknya hidup
di rumah sendiri. Tapi, mungkin inilah takdir. Mungkin seperti itulah takdir
yang membawaku bertemu dengan dia.
Tasku.....ah mendarat disebuah kaki, kekar dan berbulu. Seorang laki-laki,
bercelana pendek berkaos putih. Dia menengok ke arahku, dan saat itu mata kami
bertemu. Serasa jantungku berhenti berdetak, tatapan itu terasa menembus
pertahananku, aku tak bisa menggerakkan tubuhku sejengkal pun.
Dia terdiam sesaat,
memandangku kemudian mengambil tasku dan memasukkan barangku. Aku masih terdiam
dan tak bergerak, ah malunya aku, tapi entah ada apa dengan tubuhku. Dia
bergerak perlahan mendekatiku, seakan dia tau aku orang asing di daerahnya dia
menyapaku dalam bahasa universal,
“kamu tak apa2?”
Mulutku terkunci, hanya
kata “ah” yang dapat keluar dari bibirku.
Dia
memapahku setelah meletakkan payungnya, membawaku ke pinggiran toko di
seberang. Aku melihat wajahnya dari dekat. Tetesan air hujan yang menetes dari
wajahnya membuat dia terlihat sangat menggoyahkan pertahananku. Tidak, ah...ada
apa ini? Apa yang terjadi? Mengapa hatiku sesak?
“Sekarang sudah tidak
apa2 kan?”
Aku memandangnya dan mengangguk. “Terima kasih”
“Lain kali hati2”, dia tersenyum sambil berjalan
mengambil payungnya kemudian berlalu.
Aku memandangnya dari
kejauhan, hingga punggungnya hilang ditengah derai hujan.
Aku tak tau siapa
namanya, tapi...aku merasakan sesuatu yang lain padanya. Entahlah.
Bisakah kita kembali bertemu??
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suara mesin suara dalam bis membuyarkan lamunanku.
Tanpa sadar aku sudah sampai di halte pemberhentian menuju tempatku mengajar.
Kembali melewati jalan ini. Berharap bertemu dengan lelaki itu. Namun, tiga
bulan berlalu, tak pernah lagi ku temukan dia.
Hhah,
bodohnya aku. Mungkin saat itu hanya lamunan ditengah hujan. Atau sebuah
imajinasi belaka. Entahlah. Tapi...entah mengapa aku punya satu keyakinan, aku
akan bertemu lagi dengannya.
ilustrasi
EmoticonEmoticon